Man Jadda Wa Jada, Man Shabara Zhafira (Perjalanan Series…)

Pekan lalu…Sabtu malam setelah menghadiri halaqah, aku dan salah seorang sahabat ku melaksanakan shalat maghrib di Masjid Alumni IPB. Setelah shalat kami laksanakan dengan segera kami berjalan menuju terminal Baranang Siang. Saat itu ku lihat jam tangan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 19.30. Setelah menyebrang jalan dengan langkah gontai aku langsung ngeloyor duluan menuju bis untuk mencari tempat duduk karena khawatir bis penuh dan tak ada kursi yang tersedia untuk kami. Sedangkan sahabat ku mampir sebentar ke tukang batagor untuk memenuhi hak perutnya yang sudah meminta (maklum belum makan malam… 😀 ). Beruntung aku sempat makan 3 potong keripik tempe yang tadi disuguhkan oleh tuan rumah saat Liqo, jadi gak terlalu merasa lapar. Setelah masuk ke dalam bis, aku memilih kursi ke dua sebelah kanan dengan fasilitas jendela yang bisa dibuka tutup. Niatnya supaya nggak sumpek kalau kalau bisnya nanti penuh dengan penumpang. Karena sudah terasa lelah sekali, dan mata tidak bisa lagi berkompromi akhirnya mata ku terpejam saat menunggunya, ehmm…nikmat sekali. Baru kerasa malem hari capenya setelah keliling-keliling IBF dari jam 11 sampai jam 2 siang (padahal hanya 3 jam). Tak berlangsung lama, kira-kira hanya berselang 5 menit, sahabatku itu akhirnya datang juga. Saat dirinya datang ehmm…ternyata aroma batagor nya menggoda sekali. Tak butuh waktu lama, setelah plastiknya dibuka aku ditawarkan juga batagor yang ada ditangannya itu (hihihi…tahu aja)…

Seperti biasanya, perjalanan pulang kami menuju rumah dari Kota Hujan dalam bis jurusan Bogor-Cileungsi diisi perbincangan. Walau terasa sangat lelah, tapi untuk hal yang satu itu rasanya mengalahkan kelelahan. Kami sharing banyak hal setelah 1 minggu lamanya kami tidak bertemu. Kami tidak pernah kehabisan tema untuk melakukan aktivitas yang satu itu, (termasuk dulu saat kami satu kantor dan bertemu setiap hari). Pengalaman hidup yang melahirkan banyak sekali hikmah selalu menjadi tema pembicaraan kami. Semua itu berasal dari berbagai macam sumber baik yang bersumber dari kisah hidup (bisa pengalaman pribadi atau orang lain) ataupun yang bersumber dari buku. Kamipun berusaha mengupas satu-persatu apa yang ada dibenak kami masing-masing.

Nah…inilah salah satu perbincangan kami malam itu. Bersumber dari novel “Ranah 3 Warna” yang baru dibaca beberapa halaman saja oleh teman ku itu, dia berusaha menceritakan cukup detail apa yang sudah dibacanya yang padahal baru beberapa lembar (maklumlah…sahabatku yang satu ini paling mudah sekali menghapal setiap kata dalam sebuah buku). Novel ini adalah trilogi yang kedua setelah novel sebelumnya Negeri 5 Menara. Novel ini sebenarnya adalah salah satu incaran ku saat menuju IBF yang pada akhirnya tak jadi ku beli karena ternyata harganya more expensive dibandingkan dengan harga yang ditawarkan TM Book Store yang ada di Depok. Berhubung 2 bulan ini benar2 sedang menggalakkan program cost saving. Jadi, ku urungkan niatku untuk membelinya dan menunda beberapa hari atau minggu bahkan untuk membaca novel itu.

Sebuah hikmah tentang kesabaran lah yang ku peroleh dari cuplikan cerita yang dipaparkannya itu. Ada kata-kata dalam novel itu yang diceritakannya dan sangat berkesan diotak ku, bahwa “Kesabaran adalah puncak terakhir sebelum Kesuksesan”. Jika “Man Jadda Wa Jada” sudah berhasil dilakukan maka tahapan selanjutnya yang harus dilewati adalah Kesabaran seperti dalam novel itu “Man Shabara Zhafira” Siapa yang bersabar akan beruntung. Hmm…sayang rasanya ketika hanya tinggal satu langkah lagi menuju sebuah kesuksesan kita gagal melewatinya. ya..ternyata man jada wa jadda itu belum cukup bila tidak disertai dengan kesabaran.  2 hal inilah yang pada akhirnya tokoh dalam cerita itu (Alif) terus menyonsong badai hidup yang menerpanya.

Hikmah cuplikan cerita itu pada dasarnya me-refresh kembali ingatan kami akan urgensi kesabaran. Sudah cukup banyak hikmah dari perjalanan hidup yang kami ambil dan Allah tidak pernah sekalipun mengecewakan kami disetiap penghujung ceritanya. Kesabaran akan ketentuan-Nya selalu mengantarkan keindahan tersendiri dalam diri dan hati yang merasakannya. Dia yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang tidak akan mungkin mentelantarkan hamba-Nya. Sebuah kesabaran yang berlandaskan pada Tauhid Rububiyyah akan memberikan energi yang luar biasa untuk menjauhi kita dari sikap berputus asa dari pertolongan-Nya.

Kami pun kembali belajar dari pengalaman kami 3 tahun yang lalu, yaitu saat kami mencari pekerjaan setelah kami menyelesaikan studi D3 kami. Aku sendiri hampir 4 bulan mencari pekerjaan setelah sidang kami selesaikan. Dimulai dari rasa Optimis yang membuncah dalam dada hingga akhirnya perlahan-lahan rasa itu terkikis menjadi cenderung pesimis. Disaat-saat seperti itu kami saling menyemangati satu sama lain. Beberapa minggu sebelum wisuda disaat teman-teman yang lain sudah lebih dari 50% yang bekerja, sedangkan kami masih saja menjadi Jobseeker. Bahkan disaat yang lain sudah pindah 2-3 kali pindah tempat kerja, kami sekali saja belum pernah merasakan itu. Begitu terus yang kami rasakan hingga akhirnya hari terakhir menjadi mahasiswa secara resmi ditutup. Tentunya teman-teman yang sudah bekerja memiliki nilai prestise tersendiri saat hari wisuda itu disebutkan “Telah Bekerja di…..”. ya begitulah kira-kira…Namun masih ada yang perlu aku syukuri karena beruntung, sambil menunggu kekosongan waktu dan panggilan interview kami punya aktivitas lain, yaitu melanjutkan kuliah S1 kami dikampus yang berbeda, Alhamdulillah hal ini cukup mengobati. Jadi ya gak pengangguran-pengangguran banget gitu…Selama kurun waktu 4 bulan rasanya sudah hampir 10 kali kami tes kerja.

 

Walau begitu, tak sedikitpun menyurutkan semangat kami untuk terus berdoa dan berusaha. “Man Jadda Wa Jada” itulah yang akhirnya meningkatkan kadar semangat kami. Walau perlahan semangat itu terkikis perlahan, namun berkat nasihat satu sama lain kami pada akhirnya bisa mengumpulkan serpihan kesabaran untuk menunggu hadiah dari Allah itu itu “Man Shabara Zhafira”.

 

Saat aku masih menjadi seorang Jobseeker, ada proposal mengenai criteria tempat kerjaku nanti yang ku ajukan pada Allah. Kurang lebih ini adalah criteria nya. Kriteria ini ku ajukan pada Allah karena saat itu aku anggap paling sesuai dengan kondisi ku, tentunya disetiap doa yang kupanjatkan penuh harapan semuanya dikabulkan oleh Allah dan bertemu dengan ketetapan-Nya…ini adalah criteria yang ku ajukan…

  1. Tidak menuntut saya untuk menjadi siapapun, tentunya dengan kondisi yang kondusif bagi seorang akhwat.
  2. MNC (Multinational Company)
  3. Tidak bekerja langsung di Lab, tapi masih sesuai dengan Background.
  4. Sabtu-Ahad bisa kuliah atau mengerjakan agenda-agenda lainnya, karena kalau seorang analis pada umumnya memungkinkan masuk kerja sampai sabtu.
  5. Dekat Rumah atau dekat tempat Kuliah.
  6. yang ini yang terakhir. (Tadinya kalau gak dikabulkan ya nggak apa2), doanya yaitu kalau bisa saya sekantor dengan sahabat saya itu tapi beda department.

Dan ini adalah hadiah yang Allah berikan setelah 4 hari saya diwisuda, yaitu taken agreement (Akhirnya….). Prosesnya hanya 1 minggu dengan menjalani Tes Tulis, Interview Supervisor & Manager (masing-masing 2 kali). Dan semua criteria di atas benar-benar dipenuhi oleh Allah

  1. Alhamdulillah atasan langsung saya ikhwah juga, ). Beliau itu bukan hanya atasan bagi saya melainkan adalah guru yang mengajarkan banyak hal dan ilmu. Saya banyak berdiskusi dengan beliau mengenai banyak hal (pekerjaan dan agama). Beliau menjadikan saya merasa memiliki kampus ke-3 saat bekerja disana. Semua yang menjadi pekerjaannya diajarkan pada saya sehingga setelah lulus dari sana (baca: keluar) luar biasa banyak hal yang saya peroleh sebagai bekal ditempat selanjutnya.
  2. Alhamdulillah MNC
  3. Alhamdulilah saat itu saya sebagai Staff Quality System yang Jobdesc nya lebih banyak mengurusi masalah system dan masih sesuai background walau tidak terjun langsung di Lab.
  4. Karena poin 3 terpenuhi, Alhamdulillah Kuliah Lancar dan bisa lulus sesuai target 1,5 tahun.
  5. Alhamdulillah deket rumah, hanya 15 menit naik kendaraan umum. Padahal sebelumnya saya sudah tes di Cikarang, Jakarta (Pusat, Barat, Selatan), dll. Nggak nyangka ternyata rejekinya deket rumah.
  6. Alhamdulillah setelah 4 bulan saya bekerja disana, sahabat saya itu menyusul bekerja disana setelah sebelumnya dirinya bekerja sebagai markerting disalah satu tempat penyelenggara training untuk Industri. Dan sesuai dengan pesanan kita beda Department. Saya di Quality Assurance sedangkan sahabat saya itu di HSE (Health, Safety & Environment)

Setelah merefresh semuanya ternyata memang benar semua itu diraih dengan kunci tadi “Man Jadda Wa Jada” dan “Man Shabara Zhafira”. InsyaAllah Allah yang Maha Baik tidak akan pernah mentelantarkan hamba-Nya. Jika memang yang kita inginkan itu juga yang terbaik dimata Allah maka tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya untuk mengabulkan, maka berusahalah dengan proses karena Allah menyaksikan proses kita dan bersabarlah menunggu ketetapan-Nya.

Meyakini semua akan datang tepat pada masa nya dengan indah…

Seandainya saja aku tahu betapa indahnya apa yang akan Allah hadiahkan untuk ku esok hari, seminggu lagi, 1 bulan lagi atau bahkan 1 tahun lagi maka dengan sangat pasti hari ini aku pasti akan menyandarkan kesabaran dalam hati. Namun dimana letak ujiannya untuk ku???? Jawabannya “Tidak ada…”. Itulah mengapa pada akhirnya Allah merahasiakannya dari ku. Yang ku tahu disana ada pahala bagi orang-orang yang bersabar, namun itupun aku tak mampu melihatnya. Hmm…baiklah ada satu poin lagi yang ku lupa yaitu Keyakinan. Keyakinan akan benar-benar datangnya hadiah itu. ya ya…sehingga saat ini hanya 2 hal itu yang menjadikan kesabaran tetap singgah dalam hati ini. Kesabaran untuk menanti hadiah-hadiah yang saat ini masih Allah tahan pemberiannya. (Lintasan pikiran ku…….)

Tak terasa 1 jam sudah kami berbincang dan akhirnya tibalah diperempatan cileungsi…

 

Bogor, 09 Maret 2011

Linda J Kusumawardani

Blogger ^Ketika Setiap Kata Bermakna^

 

31 thoughts on “Man Jadda Wa Jada, Man Shabara Zhafira (Perjalanan Series…)

  1. “Barangsiapa yang bersungguh2 akan berhasil” & “barangsiapa yang Sabar akan Bahagia ”

    itulah kunci hidup dunia akhirat…

    keduany tidak dapat di pisahkan..saling melebur menjadi satu membentuk ikatan kovalen kehidupan. ^_^

  2. hmmm….mencoba membuka lg memori yg msh tersimpan rapi di benakku…
    dgn mbaca ini, telah mengingatkanku kembali

    jzk khoir ukh ^^

  3. Ping-balik: Kami & Mimpi :’) « Pembelajar dari Kehidupan

Tinggalkan Balasan ke Linda J Kusumawardani Batalkan balasan